Sabtu, 11 Desember 2010

kaidah bahasa Indonesia

MAKALAH BAHASA INDONESIA

KAIDAH BAHASA INDONESIA








Disusun oleh:
KELOMPOK II
Anggota:
RIKMAN 10900109056
PATMAWATI 10900109051
RAHMAT RASYID 10900109053



JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2010



KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah bahasa Indonesia yang berjudul “Kaidah Bahasa Indonesia”.
Makalah ini dapat terselesaikan dengan adanya dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada teman –teman yang senantiasa memberi semangat dan dukungannya serta berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua.



Penulis











DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
D. Manfaat 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Tata Bahasa dan Pembentukan Kalimat 3
B. Tata Ejaan 14
C. Tata Pilihan Kata 16
BAB III PENUTUP 18
A. Kesimpulan 18
B. Saran 18
REFERENSI 19









BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Peranan bahasa bagi bangsa Indonesia adalah bahasa merupakan sarana utama untuk berpikir dan bernalar, seperti yang telah dikemukakan bahwa manusia menyampaikan hasil pemikiran dan penalaran, sikap, serta perasaanya. Bahasa juga berperan sebagai alat penerus dan pengembang kebudayaan. Melalui bahasa nilai-nilai dalam masyarakat dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Bahasa yang digunakan akan dikatakan baik jika maksud yang diungkapkan dapat dipahami dengan tepat oleh orang yang menerima bahasa tersebut.Dengan kata lain, bahasa yang baik adalah bahasa yang efektif dalam menyampaikan suatu maksud.
Syarat kebahasaan antara lain:
a. Baku
Struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku baik mengenai struktur kalimat maupun kata. Demikian juga, pemilihan kata/istilah, dan penulisan sesuai dengan kaidah ejaan.
b. Logis
Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal.
c. Kuantitatif
Keterangan yang dikemukakan dalam tulisan dapat diukur secara pasti.
d. Tepat
Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimasukkan oleh pengatur atau penulis dan tidak mengandung makna ganda.
e. Denotatif
Kata yang digunakan dipilih sesuai dengan arti sesungguhnya.
f. Ringkas
Ide dan gagasan diungkapakan dengan kalimat pendek sesuai dengan kebutuhan, pemakaian kata seperlunya, tidak berlebihan.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
“ Apa saja yang terdapat dalam kaidah bahasa Indonesia ?”
C. TUJUAN
a. Mengetahui bagian-bagian yang terdapat dalam kaidah bahasa Indonesia.
b. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam penggunaan bahasa Indonesia.
c. Membantu masyarakat tentang penggunaan bahasa yang baik dan benar.
d. Mengurangi kesalahan dalam penggunaan bahasa Indonesia.
e. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahasa yang baik dan benar.
D. MANFAAT
a. Untuk meningkatkan pengetahuan dalam kaidah kebahasaan.
b. Dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi semua kalangan masyarakat.
c. Untuk lebih memahami tata bahasa yang baik dan benar.




BAB II
PEMBAHASAN

A. Tata Bahasa dan Pembentukan Kalimat
Tata bahasa adalah ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah yang mengatur penggunaan bahasa. Ilmu ini merupakan bagian dari bidang ilmu yang mempelajari bahasa yaitu linguistik
Tata bahasa mencakup:
• Fonetik
• Fonologi
• Morfologi
• Sintaksis
• Semantik
Tata bahasa Indonesia telah diatur dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (TBBBI). Kualitas penerapan tata bahasa yang benar dan tepat masih sangat rendah, hal ini terbukti seperti yang dipraktikkan oleh bangsa Indonesia di media massa maupun pada kehidupan nyata.
• MORFOLOGI
1. Secara umumnya tata bahasa melayu mencakupi dua bidang yaitu morfologi dan sintaksis.
2. Morfologi ialah bidang yang mengkaji struktur, pembentukan kata dan golongan kata.
3. Dalam morfologi, unit terkecil yang mempunyai makna dan tugas tahu adalah morfem.
4. Pelajar juga perlu mengetahui maksud istilah morfem dan kata. Ini karena keduanya berbeda dari segi fungsi dan konsep.
 Morfem
1. Morfem ialah unit terkecil yang menjadi unsur perkataan.
2. Sekiranya kata tidak boleh dipecahkan kepada unit bermakna. Misalnya minum.
3. Minum tidak akan berfungsi dan memberi makna jika dipecahkan kepada mi dan num.
4. Sebaliknya, kata diminum boleh dipecahkan kepada dua morfem, yaitu di dan minum.
5. Kesimpulannya, perkataan boleh terdiri daripada beberapa morfem.
Morfem dapat dibahagikan kepada dua jenis seperti berikut:
1. Morfem bebas
2. Morfem terikat

1. Morfem bebas Morfem terikat/imbuhan.
1. Dapat berdiri sendiri, misalnya, minum, cuti, Sekolah, periksa.
2. Mempunyai makna sendiri. Bentuk imbuhan, misalnya, mem-, per, kan, ber.
3. Tidak mempunyai makna, tetapi mempunyai fungsi tata bahasa atau nahu. Boleh mengubah makna sesuatu kata, dan seterusnya makna ayat.
2. Morfem terikat/imbuhan seperti berikut:
Awalan - ditambah pada bahagian depan kata dasar. Misalnya, membaca, menghafal.
Akhiran - ditambahkan pada bahagian belakang kata dasar
Sisipan - diselitkan di antara unsur-unsur kata dasar - misalnya, telapak (tapak).
Apitan - ditambahkan serentak pada awalan dan akhiran kata dasar. Misalnya, imbuhan per……..an, permainan.
 Konsep perkataan dan Bentuk-bentuk kata
1. Kata tunggal
a. Tidak menerima imbuhan atau kata dasar yang lain.
b. Akronim yang sudah diterima pakai juga tergolong dalam kata tunggal, misalnya; Mara, Petronas, Lada, tadika (taman didikan kanak-kanak), pawagam (panggung wayang gambar) dan sebagainya.
c. Para pelajar diingatkan bahawa akronim tidak sama dengan singkatan.
d. Singkatan ialah kependekan bagi satu atau beberapa perkataan seperti IT untuk teknologi maklumat (information technology) dan PM untuk Perdana Menteri.
e. Jelaslah, singkatan tidak termasuk dalam kata tunggal seperti

2. Kata terbitan
Terdiri daripada kata dasar atau kata akar yang melalui proses pengimbuhan, sama ada awalan, akhiran, sisipan atau apitan.
3. Kata majemuk
a. Terbentuk hasil gandingan dua atau lebih kata dasar.
b. Rumus penting ialah tiada kata lain yang boleh disisipkan di antara gandingan tersebut.Jika dapat disisipkan kata lain dan membawa makna tertentu, maka ia bukan kata majemuk, tetapi tergolong dalam frasa.
c. Misalnya; Budak berlari bukan kata majemuk kerena ia boleh menjadi budak itu berlari, atau budak yang berlari itu.
d. Pada umumnya, kata majemuk dieja terpisah kecuali yang sudah mantap sebagai satu perkataan. (lihat lampiran 1)
4. Kata ganda
a. Kata ganda ialah pengulangan kata dasar sama ada dengan mengulang seluruh kata dasar (penggandaan penuh) atau sebahagian daripada kata dasar (penggandaan separa), seperti gila-gila, gula-gula, suka-suka, labah-labah, rama-rama dan sebagainya.
b. Contoh penggandaan separa ialah pepatung, lelabah, sesekali dan sebagainya.
 Proses Pembentukan Kata
Selain daripada kata tunggal, maka kata terbitan, kata majemuk, dan kata ganda terbentuk melalui proses pembentukan kata. Proses berkenaan diterangkan melalui skema rajah berikut:
1. Pengimbuhan
Proses pengimbuhan ialah proses merangkaikan imbuhan kepada kata dasar untuk menerbitkan perkataan yang berlainan makna serta fungsinya.Dalam bahasa melayu, imbuhan terdiri daripada morfem terikat yang dirangkaikan kepada kata dasar. Imbuhan tergolong dalam empat jenis, yaitu: awalan, akhiran, apitan dan sisipan.
Contoh imbuhan pada awalan kata:
Ke_ke kerabat,kekasih= maksud awalan ke- menjadi penanda orang atau benda dengan memberi tumpuan kepada maksud yang terkandung dalam kata dasar.
Contoh imbuhan pada akhiran kata:
- man, misalnya seniman,dan budiman.
- wan,misalnya olahragawan
Contoh imbuhan pada apitan kata:
ke....an kezaliman, kesenangan
pe...an peranan, pesisiran, pelancongan, pekarangan, peperangan
Contoh imbuhan pada sisipan kata:
-el- telunjuk, kelengkeng, kelabut
-er- keruping, seruling, serabut
-em- kemuning, kemuncup, kemelut
2. Pemajemukan
a. Pemajemukan ialah proses menggandingkan dua kata dasar atau lebih untuk member makna tertentu, seperti buah tangan, ketua meja, kerani pos, telefon terus dail, setiausaha dan sebagainya.
b. Perlu ditekankan bahwa gandingan dua kata atau lebih jika boleh disisipkan kata lain antara gandingan perkataan itu tidak dikira sebagai majemuk. Ia akan menjadi frasa. Contohnya:
- Muda mudi boleh menjadi muda dan mudi
- Hitam legam boleh menjadi hitam lagi legam
- Hujan renyai boleh menjadi hujan yang renyai
3. Penggandaan
a. Semua bentuk kata nama, yaitu kata nama tunggal, kata nama terbitan dan kata nama majemuk boleh digandakan. Penggandaan ialah proses pengulangan kata dasar sepenuhnya, atau sebagian saja.
b. Ada empat jenis kata nama ganda, yaitu :
- Gandaan penuh
- Gandaan separa
- Gandaan berentak
- Gandaan makna
c. Bagaimana pun ada ahli bahasa yang membagi kata ganda menjadi tiga jenis yaitu :
- penggandaan penuh
- penggandaan berentak
 Penggandaan penuh
1. Sesuatu kata nama itu digandakan seluruhnya.
2. Kata yang digandakan itu boleh terdiri daripada kata nama tunggal, kata nama terbitan, dan kata nama majemuk.
3. Kata yang digandakan ini dipisahkandengan menggunakan sengkang.
Contoh: Budak ,budak-budak
Murid ,murid-murid
 Penggandaan Berentak
1. Pengulangan kata dasar mengikut rentak bunyi kata dasar.
2. Seluruh kata nama itu digandakan dan bunyi-bunyi konsonan dan vokal tertentu diulang dan diubah.
3. Rentak yang digunakan mungkin pengulangan vokal, konsonan atau sebahagian bunyi kata dasar.
4. Rentak yang digunakan mungkin pengulangan vokal, konsonan atau sebahagian bunyi kata dasar.
5. Penggandaan berentak boleh dibagi menjadi lima jenis , yaitu:
• Penggandaan suku kata awal
Vokal dalam suku kata awal diulang, dan vokal dalam suku kata akhir berubah. Contoh:
Bukit bukit-bukau
Warna warna warni
Batu batu-batan
• Penggandaan suku kata akhir
Vokal atau konsonan dalam suku kata akhir kekal.
Contoh:
Sayur sayur mayur
Kuih kuih-muih
Lauk lauk pauk
• Penggandaan konsonan
Penggandaan jenis isni hanya mengulang konsonan dalam kata dasar, tetapi vokalnya berubah.

Contoh:
Gunung gunung-ganang
Guruh guruh-garah
• Penggandaan bersisipan
Seluruh kata dasar diulang. Bentuk gandaannya menerima sisipan –em- selepas konsonan pertama bentuk ulangannya.
Contoh:
Tali tali-temali
Gunung gunung-ganang
Jari jari jemari
• Penggandaan berakhiran
Penggandaan penuh juga boleh menerima akhiran –an. Lazimnya gandaan penuh menunjukkan jamak. Akhiran –an menambahkan maknannya menjadi pembagi.
Contoh:
Sayur sayur-sayuran
Biji Biji-bijian
Barang barang-barangan
 SEMANTIK
Semantik adalah bagian dari tata bahasa yang meneliti makna dalam bahasa tertentu, mencari asal mula dan perkembangan dari arti suatu kata. Dalam semantik hanya dibicarakan tentang makna kata dan perkembangan makna kata.
1) Makna Kata
Arti atau makna adalah hubungan antara tanda berupa lambang bunyi-ujaran dengan hal atau barang yang dimaksudkan.
A. Macam-macam Arti
Bermacam-macam lambang bunyi ujaran dari gejala-gejala sekitar kita biasanya dikumpulkan delam sebuah buku, dengan diberi penjelasan-penjelasan mengenai hubungan antara bentuk dan gejala-gejala tersebut. Buku-buku semacam ini desebut kamus atau leksikon. Oleh karena itu arti dari kata yang sesuai dengan apa yang kita jumpai dalam leksikon disebut arti leksikal. Dalam kalimat dapat terjadi pergeseran arti leksikal; dapat sedikit saja bergeser, tetapi dapat juga terjadi bahwa arti itu dapat menyimpang jauh dari arti leksikal tadi. Untuk mengetahui arti yang tepat kita harus meneliti hubungannya dalam kalimat, atau dengan kata lain harus meneliti hubungannya dalam struktur bahasa. Arti yang diperoleh dengan cara demikian disebut arti struktural.
B. Homonim dan Sinonim
Arti leksikal dari kata makan, adalah ‘memasukkan sesuatu dalam mulut, kemudian mengunyah dan menelannya'. Tetapi arti ini dapat bergeser berdasarkan lingkungan dan situasinya. Ia makan tangan, tidak berarti memasukkan tangan ke dalam mulut, mengunyah lalu menelannya. Arti makan tangan dalam hubungan di atas adalah ‘kena tinju' atau “beruntung besar”. Makan suap artinya “menerima sogok”; makan garam artinya “sudah berpengalaman”, dan lain-lain. Misalnya kata bisa, memiliki arti sanggup dan racun.
C. Perubahan Makna
Dalam pertumbuhan bahasa, makna suatu kata dapat pula mengalami perubahan. Perubahan makna itu dapat dilihat dari bermacam-macam sudut. Di antara bermacam-macam peristiwa perubahan makna yang penting adalah:
1. Meluas, cakupan makna sekarang lebih luas daripada makna yang lama. Berlayar, dulu digunakan dengan pengertian bergerak di laut dengan memakai layar, tetapi sekarang semua tindakan mengarungi lautan atau perairan dengan alat apa saja disebut berlayar . Dahulu kata bapak dan hanya dipakai dalam hubungan biologis, sekarang semua orang yang lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya disebut bapak sedangkan segala orang yang dianggap sama derajatnya disebut saudara.
2. Menyempit, cakupan arti dulu lebih luas daripada makna sekarang. Kata sarjana dulu digunakan untuk menyebut semua orang cendekiawan, sekarang dipakai untuk gelar universitas. Pendeta dulu berarti orang yang berilmu, sekarang dipakai untuk menyebut guru agama Kristen.
3. Amelioratif, adalah suatu proses perubahan arti di mana arti baru dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilainya dari dulu; wanita dirasakan lebih tinggi nilainya dari kata perempuan; isteri atau nyonya dirasakan lebih tinggi atau lebih baik daripaada kata bini.
4. Peyoratif, kebalikan dari amelioratif, peyoratif adalah suatu proses perubahan makna di mana arti baru dirasakan lebih rendah milainya dari dulu. Menyebut Perempuan dulu tidak ada rasa yang kurang baik, tetapi sekarang dirasakan kurang baik.
5. Sinestesia, yaitu perubahan makna akibat pertukaran tanggapan antara dua indera yang berlainan. Contoh: Kata-katanya pedas, suaranya sedap didengar, pidatonya hambar, dan lain-lain.
6. Asosiasi, adalah perubahan makna yang terjadi karena persamaan sifat. Contoh: Amplop artinya sogokan, dan lain-lain.
2) Perubahan Bentuk Kata
Perubahan bentuk kata dapat kita bedakan atas 1) perubahan dari bentuk kata-kata dairi pebendaharaan kata-kata asli suatu bahasa karena pertumbuhan dalam bahasa itu sendiri, 2) perubahan dari kata-kata pinjaman.
 Adaptasi
Bahasa Indonesia selama berabad-abad mendapat bermacam-macam pengaruh dari luar, yaitu pengaruh dari bahasa-bahasa asing dan bahasa-bahasa daerah. Semua bentuk asing itu tidak diterima begitu saja, tetapi selalu mengalami proses penyesuaian atau adaptasi sesuai dengan struktur bahasa Indonesia. Adaptasi atau penyesuaian bentuk itu dapat dibedakan atas:
1. Adaptasi berdasarkan sistem fonologi bahasa Indonesia.
Contoh: Voorschot (Belanda) > persekot
Voorlper (Belanda) > pelopor
2. Adaptasi berdasarkan struktur bentuk kata (morfologi) dalam bahasa Indonesia.
Contoh: parameswari (Sansekerta) > permaisuri
prakara (Sansekerta) > perkara
Bila bentuk-bentuk asing itu tidak menunjukkan pertentangan-pertentangan atau perbedaan struktural dengan bahasa Indonesia maka kata-kata asing itu diterima begitu saja tanpa mengalami adaptasi.
D. Analogi
Analogi adalah pembentukan suatu kata baru berdasarkan suatu contoh yang sudah ada. Misalnya berdasarkan bentuk-bentuk seperti sosialisme, sosialist, dan lain-lain, terbentuklah kata-kata seperti marhaenisme, marhaenis, pancasilais, dan lain-lain.
E. Kontaminasi atau Perancuan
Selain dari analogi ada cara pembentukan lain yang disebut kontaminasi atau perancuan, yakni dari dua ungkapan yang berlainan diturunkan suatu ungkapan baru. Contoh: Dari ungkapan-ungkapan membungkukkan badan dan menundukkan kepala dibuat kontaminasi: menundukkan kepala.

3) Macam-Macam Perubahan Bentuk Kata
Dalam pertumbuhan bahasa banyak kata yang mengalami perubahan. Perubahan-perubahan pada suatu kata tidak hanya terjadi karena proses adaptasi, tetapi juga disebabkan bermacam-macam hal lain, misalnya salah dengar, usaha memendekkan suatu kata yang panjang dan sebagainya. Kata bis yang sehari-hari dipakai sebenarnya berasal dari kata veniculum omnibus , yang berarti ‘kendaraan untuk umum’. Tetapi karena terlalu panjang maka yang diambil hanya suku kata terakhir, yang sebenarnya hanya merupakan sebuah akhiran, tetapi dari peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi atas berbagai kata yang selama ini diketahui, terdapat beberapa macam gejala perubahan bentuk yang dialami sebuah kata:
a. Asimilasi, adalah gejala dimana dua buah fonem yang tidak sama dijadikan sama.
Contoh: in moral > immoral
ad similatio > asimilasi
b. Disimilasi, adalah proses perubahan bentuk kata di mana dua buah fonem yang sama dijadikan tidak sama.
Contoh: vanantara > belantara
lauk-lauk > lauk-pauk
sayur-sayur > sayur-mayur
c. Diftongisasi, adalah proses di mana suatu monoftong berubah menjadi diftong.
Contoh: anggota > anggauta
teladan > tauladan
d. Monoftongisasi, proses di mana suatu diftong berubah menjadi monoftong.
Contoh: pulau > pulo
danau > dano
e. Haplologi, adalah proses di mana sebuah kata kehilangan suatu silaba (suku kata) di tengahnya.
Contoh: samanantara (Sansekerta) > sementara
budhidaya > budaya
f. Anaktipsis, adalah proses penambahan suatu bunyi dalam suatu kata guna melancarkan ucapannya.
Contoh: putri > puteri
 SINTAKSIS
Sintaksis adalah bagian dari tatabahasa yang mempelajari dasar-dasar dan proses-proses pembentukan kalimat dalam suatu bahasa.
1. Kata, Frasa, dan Klausa
Kata merupakan suatu unsur yang dibicarakan dalam morfologi, sebaliknya frasa dan klausa berdasarkan strukturnya termasuk dalam sintaksis.
Frasa adalah suatu konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan. Kesatuan itu dapat menimbulkan suatu makna baru yang sebelumnya tidak ada. Misalnya dalam frasa rumah ayah muncul makna baru yang menyatakan milik, dalam frasa rumah makan terdapat pengertian baru ‘untuk', sedangkan frasa obat nyamuk terdapat makna baru ‘untuk memberantas'.
Sebaliknya klausa adalah suatu konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung hubungan fungsional, yang dalam tata bahasa lama dikenal dengan pengertian subyek, predikat, obyek, dan keterangan-keterangan. Sebuah klausa sekurang-kurangnya harus mengandung satu subyek, satu predikat, dan secara fakultatif satu obyek; dalam hal-hal tertentu klausa terdiri dari satu predikat dan boleh dengan keterangan (bentuk impersonal). Misalnya:
-Saya menyanyikan sebuah lagu.
- Adik membaca buku.
2. Kalimat

A. Batasan Kalimat
Kalimat adalah satu bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan sedangkan intonasinya menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap.
Tutur seseorang, atau lebih sempit lagi, kalimat yang diungkapkan oleh seseorang dengan sendirinya mencakup beberapa segi:
1. Bentuk ekspresi
2. Intonasi
3. Makna atau arti
4. Situasi
Bentuk ekspresi diwujudkan oleh kata atau rangkaian kata-kata yang diikat oleh tatasusun yang dimiliki oleh tiap-tiap bahasa. Kata-kata sudah mencakup bidang morfologi dan fonetik bahasa, sedangkan tata susun mencakup bidang sintaksisnya.

B. Kontur
Kontur adalah suatu bagian dari arus ujaran yang diapit oleh dua kesenyapan. Berikut ini contoh kalimat satu kontur:
- Diam!
- Pergi!
Contoh kalimat dua kontur:
 Hari ini / adalah hari Proklamasi.
 Ramailah mereka makan di bawah lumbung / tertawa-tawa / sambil mereka minum tuak.
Dengan demikian kita dapat membagi bermacam-macam kontur berdasarkan kesenyapan-kesenyapan yang mengapitnya:
1. Kontur yang diapit oleh kesenyapan awal dan kesenyapan final.
2. Kontur yang diapit oleh kesenyapan awal dan kesenyapan non-final.
3. Kontur yang diapit oleh kesenyapan non-final dan kesenyapan non-final.
4. Kontur yang diapit oleh kesenyapan non-final dan kesenyapan final.
 Macam-Macam Kalimat:
a. Kalimat Minim dan Kalimat Panjang
Untuk mendapat gambaran yang jelas tentang kedua macam kalimat yang dipertentangkan itu, perhatikan kalimat-kalimat berikut:
1. Diam!
2. Pergi!
b. Kalimat Minor dan Kalimat Mayor
Kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur pusat atau inti.
Contoh:
Terlalu mahal!
Sudah siap!
c. Kalimat Tunggal
Kalimat Tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri dari dua unsur inti dan boleh diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan, asal unsur-unsur tambahan itu tidak boleh membentuk pola yang baru.
Contoh:
• Adik menangis : adalah kalimat mayor, kalimat tunggal, dan kalimat inti, bukan kalimat luas.
• Menangis adik : adalah kalimat mayor, kalimat tunggal, tetapi bukan kalimat inti, dan bukan kalimat luas.
Macam-Macam Kalimat Tunggal
Berdasarkan macamnya kalimat tunggal dapat digolongkan atas:
a. Kalimat Tanya
Yang dimaksud dengan kalimat tanya adalah kalimat yang mengandung suatu permintaan agar kita diberitahu sesuatu karena kita tidak mengetahui sesuatu hal. Bila kita membandingkan kalimat tanya dengan kalimat berita maka terdapat beberapa ciri yang dengan tegas membedakannya dengan kalimat berita.Misalnya,siapa yang mengatakan hal itu?
b. Kalimat perintah
Yang disebut perintah adalah menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki. Perintah meliputi suruhan yang keras hingga ke permintaan yang sangat halus. Begitu pula suatu perintah dapat ditafsirkan sebagai pernyataan mengijinkan seseorang untuk mengerjakan sesuatu, atau menyatakan syarat untuk terjadinya sesuatu, malahan sampai kepada tafsiran makna ejekan atau sindiran. Misalnya, usirlah anjing itu!!
B. Tata Ejaan
Ejaan ialah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran melalui huruf, menetapkan tanda-tanda baca, memenggal kata, dan bagaimana menggabungkan kata.
Lingkup pembahasan dalam ejaan meliputi hal-hal sebagai berikut:


1. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring.
a) Huruf Kapital
Huruf kapital tidak identik dengan huruf besar meskipun istilah ini biasa diperlawankan dengan huruf kecil. Istilah huruf kapital digunakan untuk menandai satu bentuk huruf yang karena memiliki fungsi berbeda dalam kata atau kalimat menjadi berbeda dari bentuk huruf lain meskipun secara fonemis sebunyi. . Huruf kapital digunakan pada awal kalimat, nama tempat, nama orang, dan lain-lain. Secara umum, penggunaan huruf kapital tidak menimbulkan permasalahan.
b) Huruf Miring
Sebuah huruf, kata, atau kalimat ditulis dengan huruf miring untuk
membedakan dari huruf, kata, atau kalimat lain dalam sebuah kata, kalimat, paragraf, atau karangan utuh. Huruf yang dicetak miring adalah penanda yang mengacu ke beberapa informasi, antara lain sebagai penekanan, kutipan dari bahasa asing, istilah latin, nama penerbitan (koran, majalah, dan lain-lain).
2. Penulisan Kata
Beberapa hal yang termasuk ke dalam pembahasan tentang penulisan kata adalah penulisan kata dasar, kata turunan, bentuk ulang, gabungan kata, kata ganti ku, mu, kau, dan nya, partikel, singkatan dan akronim, dan angka dan lambang bilangan. Kecuali gabungan kata , penulisan kata umumnya tidak menimbulkan permasalahan.
Kesalahan penulisan gabungan kata umumnya ditemukan pada istilah khusus yang salah satu unsurnya hanya digunakan dalam kombinasi. Unsur gabungan kata yang demikian sering ditulis terpisah, padahal seharusnya disatukan.
3. Penulisan Unsur Serapan
Sebagaimana diketahui, bahasa Indonesia diangkat dari bahasa melayu. Di dalam perkembangannya bahasa ini banyak menyerap dari bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun asing. Bahasa Sunda, Jawa, dan Batak adalah tiga contoh bahasa daerah yang banyak memperkaya bahasa Indonesia. Sementara itu, bahasa asing yang banyak diserap adalah bahasa Belanda, Inggris, Portugis, Sanskerta, Arab, dan Cina.

4. Pemakaian Tanda Baca
Kalimat yang baik harus didukung oleh penggunaan tanda baca yang tepat. Para penulis sering tidak memperhatikan hal ini. Akibatnya, masih banyak ditemukan kesalahan dalam pemakaian tanda baca tersebut.
5. Penomoran
Dalam memberikan nomor, harus diperhatikan hal-hal berikut:
1. Romawi Kecil
Penomoran dengan memakai romawi kecil dipakai untuk halaman judul,
abstrak, kata pengantar atau prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, daftar singkatan dan lambang.
2. Romawi Besar
Angka Romawi besar digunakan untuk menomori tajuk bab (bab pendahuluan, bab teoretis, bab metode dan objek penelitian, bab analisis data, dan bab penutup).
3. Penomoran dengan Angka Arab
Penomoran dengan angka Arab (0―9) dimulai bab I sampai dengan daftar pustaka.
4. Letak Penomoran
Setiap penomoran yang bertuliskan dengan huruf kapital, nomor halaman diletakkan atau berada di tengah-tengah, sedangkan untuk nomor
selanjutnya berada di tepi batas (pias) kanan atas.
5. Sistem Penomoran
Sistem penomoran dengan angka arab mempergunakan sistem dijital. Angka terakhir dalam sistem dijital tidak diberikan titik seperti 1.1 Latar Belakang Masalah
C.Tata Pilihan Kata
Pilihan kata adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna yang sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan yang menemukan bentuk sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh pendengar/pembaca.Ketepatan memilih kata dalam pembicaraan atau karangan dilihat dari dua sudut yang saling berkaitan, yaitu ketepatan memilih kata dilihat dari pembicara atau penulis itu sendiri untuk mewakili gagasan yang dicetuskannya, dan dari sudut masyarakat yang menerima gagasan tersebut sesuai dengan norma-norma yang berlaku .Dalam pilihan kata disini diperlukan istilah-istilah dalam bahasa Indonesia.
Adapun istilah dalam bahasa Indonesia yaitu:
1. Homonim adalah kata yang tulisan dan cara pelafalannya sama tetapi memiliki makna yang berbeda.
Contoh :
genting = keadaan genting = gawat
genting = genting rumah = atap
2. Homofon adalah kata cara pelafalannya sama tetapi penulisan dan maknanya berbeda.
Contoh :
kol = sayur kol = tanaman
kol = naik colt = kendaraan
3. Homograf adalah kata yang tulisannya sama tetapi pelafalan dan maknanya berbeda.
Contoh :
seri = berseri-seri = gembira
seri = bermain seri = seimbang
4. Sinonim adalah persamaan makna antara dua kata atau lebih.
Contoh
agar = supaya
ahli = pakar






BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
1. Tata bahasa adalah ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah yang mengatur penggunaan bahasa. Ilmu ini merupakan bagian dari bidang ilmu yang mempelajari bahasa yaitu linguistik
2. Tata bahasa mencakup:
• Fonetik
• Fonologi
• Morfologi
• Sintaksis
• Semantik
3. Ejaan ialah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran melalui huruf, menetapkan tanda-tanda baca, memenggal kata, dan bagaimana menggabungkan kata.
4. Dari segi bahasa, ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi bahasa (kata, kalimat) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf dan tanda baca).
5. Peristilahan merupakan hal yang penting dalam sebuah bahasa.
6. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008), istilah bermakna: (1) kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas bidang tertentu; (2) sebutan; nama: janda muda disebut dengan istilah ”janda kembang”; (3) kata atau ungkapan khusus.
B.SARAN
Mahasiswa agar mampu menguasai kaidah bahasa Indonesia, beserta bagian-bagiannya dimulai dari tata ejaan sampai pada tata istilah. Maka penguasaan dari kaidah bahasa Indonesia ini dikehendaki dengan penguasaannya secara lisan maupun secara tulisan. Oleh karena itu, penguasaan kaidah bahasa Indonesia ini secara lisan tidak akan dapat dipisahkan dari penguasaan secara tertulis Kami mengharapkan dengan disusunnya makalah ini yang demikian rupa dengan berbagai teknik dalam mencerna berbagai kaidah bahasa Indonesia yang berkaitan dengan pemahaman makna yang ada dalam makalah ini.



REFERENSI

Anonim. Tata Bahasa. http://id.wikipedia.org/wiki/-24 September 2010
Anonim, Tata Bahasa Morfem. http://www.tutor.com.my/stpm/morfem/tatabahasa-morfem.htm-24 September 2010
Anonym,Konsepperkataan.http://www.tutor.com.my/stpm/konsep%20perkataan/konsep_perkataan.htm-24 September 2010
Anonim,PembentukanKata.http://www.tutor.com.my/stpm/Proses%20pembentukan%20kata/proses_pembentuan_kata.htm-24 September 2010
Sudiana. TataIstilah.http://imadesudiana.wordpress.com/2010/04/23/ tata-istilah/ 25 September 2010